WarnaMerah & Putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi Perang Aceh, pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul2 dengan warna Merah & Putih, berlatar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta ayat suci Al Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Salahsatu mitos penting lainnya ialah tentang Piso Gaja Dompak. Benda ini adalah pisau simbol penting kerajaan dengan gagang berbentuk kepala gajah. Sekiranya hari ini akan dilangsungkan penentuan siapa di antara keturunan yang mustahak untuk diamanahkan jabatan kerajaan Sisingamangaraja ke tiga belas, maka menurut mitos lama, metodenya adalah Flickrphotos, groups, and tags related to the "dompak" Flickr tag. Galeriini menampilkan diorama perjuangan dari Pahlawan Nasional dari Tanah Batak, Sisingamangaraja XII. Dalam galeri ini terdapat patung Sisingamangaraja lengkap dengan pakaian kebesaran sebagai pemimpin rakyat Batak pada masa itu dan tak lupa menyandang tongkat Tunggal Panaluan dan replika Piso Gaja Dompak yang menjadi senjata pusaka beliau dalam memerintah dan dalam masa peperangan. RajaSisingamangaraja I sampai Raja Si Singamangaraja IX tidak diketahui kapan wafatnya dan dimana makamnya. Raja-raja ini setelah mempunyai keturunan dan merasa sudah ada penggantinya pergi merantau dan Piso Gaja Dompak tidak dibawanya. Ac6X. Monang Naipospos Barangkali anda pernah mendengar bahwa Raja Sisingamangaraja memiliki pusaka Piso Solam Debata. Ada juga yang menyebut nama pisau pusaka itu Gaja Dompak. Apa arti kedua sebutan itu ? Bicara mengenai pusaka, baik itu milik Raja Sisingamangaraja, yang terbayang adalah kasiat dan kekuatan daya magisnya. Tapi mohon maaf, bagi yang cenderung magis, saya tidak membahas itu. Banyak yang membicarakan pusaka batak seperti piso halasan, pinggan pasu dari kajian magisnya. Mereka menyebut pusaka yang dapat mendatangkan hujan, pinggan yang dapat melumpuhkan racun dan beragam keyakinan lainnya. Pemikiran mereka itu ditularkan dari orang ke orang sehingga kesadaran mereka hilang dari pemaknaan pusaka itu sendiri sebagai lambang kebesaran, hakekat kemanusiaan. Lambang kebesaran itu dilihat dari segi manfaat bagi sesama dalam koridor ketaatan kepada “patik dohot uhum” aturan dan hukum. PISO Piso, artinya pisau. Runcing dan tajam, mengarit dan memotong. Dalam intonasi berbeda, piso dapat juga disebutkan untuk wajah yang agak runcing, mata yang tajam. Runcing, dalam pengertian benda adalah yang dengan mudah dan handal untuk melakukan penetrasi kepada objek yang disasarnya. Dalam bahasa batak disebut “rantos” Rantosna, adalah ketajamannya. Dalam pengertian kecerdasan berpikir, kecerdasan intelektual hingga geniusitas seseorang diartikan sebagai ketajaman melihat sesuatu permasalahan, peluang dan kecerdasan mengambi kesimpulan dan tindakan. Pemimpin Batak diharapkan memiliki kecerdasan intelektual untuk handal melakukan tindakan bermanfaat untuk semua kalangan. Dalam berstruktur, kecerdasan berpikir individu dapat dihimpun dengan kesepakatan akhir. Kesepakatan yang menjadi keputusan itu disebut “tampakna”. “Marnatampak” artinya duduk bersama, bermusyawarah. Hasil keputusan bersama ini disimpulkan menjadi output ketajaman pikiran, kecerdasan itelektual mereka. Hasil keputusan ini diandalkan mampu melakukan penetrasi saat operasional. Inilah yang disebut “tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona”. Hasil kesepakatan adalah keputusan intelektual yang handal dan dengan bersama-sama menjadi kekuatan operasionalnya. SOLAM Solam, artinya terbatas. Parsolam adalah seseorang yang membatasi diri. Ada yang membatasi diri secara permanen dari makanan tersentu. Bagi seseorang yang terbatas selera untuk makanan tertentu, apakah diakibatkan oleh penyakit yang bersifat sementara atau karena kelelahan disebut juga “solam”. Solam cenderung menjadi sifat internal yang melakukan batasan, sementara yang dipantangkan itu disebut “subang”. Keinginan, kehendak, tindakan seseorang yang dinilainya baik untuk dirinya belum tentu bermanfaat dan berdampak baik untuk orang lain. Seseorang yang pintar dan cerdas harus mampu melakukan kajian apakah buah pikirannya, tindakannya berakibat baik atau buruk kepada yang lain. Bila lebih besar dampaknya ke arah yang kurang baik, maka dia harus melakukan pembatasan tindakan. Ketulusan hati dan kebersihan jiwa adalah awal kemampuan melakukan “solam” pembatasan. Pemimpin yang menyadari itu akan menunda sesuatu tindakan yang dipikirkan berdampak buruk jangka panjang kepada masyarakat. HALASAN Las, artinya hangat. Las roha, artinya hati senang. Halasan artinya kesenangan. Kesenangan pribadi belum tentu menjadi kesenangan publik. Semua tindakan yang dilakukan seorang pemimpin harus menjadi kesenangan bagi orang banyak. Penetapan Aturan secara bersama dan penegakan hukum yang adil adalah yang membawa manfaat “halasan” bagi orang banyak. PISO HALASAN Biasanya dimiliki seorang pemimpin batak yang sudah memiliki otoritas hingga di tingkat BIUS. Ini adalah lambang kebesaran “hasangapon” bagi dirinya yang membawa manfaat bagi orang banyak. Menegakkan hukum yang adil dan memberi jalan kehidupan bagi warga. Mereka cerdas, namum mampu membatasi diri untuk tidak terjerumus kepada kepentingan pribadi. Pola pikirnya tajam “piso” mencari solusi dalam setiap permasalahan dan memperluas wawasan mencari peluang untuk kesejahteraan. Pisau adalah lambang kecerdasan, dan sarungnya adalah hukum yang melakukan “solam” pembatasan dari hal yang menjerumuskannya kepada perbuatan yang dapat merugikan masyarakat. Semua hasil pemikiran, tindakan pemimpin akan bermanfaat untuk orang banyak, kerukunan, kedamaian, kesejahteraan yang menjadi “halasan” kesenangan yang lebih berarti, kebahagiaan. PISO SOLAM DEBATA Hanya dimiliki seorang yaitu baginda Raja Singamangaraja. Penjelasan maknanya sama dengan piso halasan. Perbedaannya adalah, bila para raja di kalangan masyarakat adalah otonom bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, Solam Debata mengartikan fungsi Singamangaraja sebagai lambang keadilan dan mempertanggungjawabkan semua tindakan dan perbuatannya kepada Mulajadi Nabolon. Beliau ada dalam suasana “pardebataan”. Beliau seorang “Malim” orang suci yang disucikan “na pitu hali malim, na pitu hali solam”. Setiap saat melakukan komunikasi dengan penciptanya pemberi amanah tugas dan wewenang kepada dirinya. Amanah itu pula yang diberikan kepada para raja batak untuk melakukan tugas dan wewenang kemanusiaan yang adil dan beradab. GAJA DOMPAK Gaja Dompak adalah sebutan untuk bentuk ukiran yang berpenampang gajah. Ruma dan Sopo di Toba masih ditemukan memakai singa-singa dengan ukiran Gaja Dompak. Ukiran para tangkai Piso Solam Debata mungkin saja berbentuk gajah sehingga disebut Gaja Dompak. Konon Sisingamangaraja I Raja Manghuntal disebut menerima amanah harajaon dari Raja Uti. Sisingamangaraja dianugerahi seekor gajah putih dan piso berukir Gaja Dompak yang kemudian dikenal Piso Solam Debata. Bila ada pemikiran lain bahwa Piso gaja Dompak berbeda dengan Piso Silam Debata sehingga dalam pengertiannya ada dua piso pusaka itu, kiranya dapat terbukti. Saya hanya mampu menjelaskan pemaknaan piso Solam Debata dan pengertian saya yang terbatas dengan Gaja Dompak. Piso Halasan dan Piso Solam Debata adalah lambang kebesaran pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual menegakkan keadilan dan memberikan kehidupan yang damai dan sejahtera kepada umat manusia dan senantiasa bertanggungjawab kepada Tuhan Yang maha Esa. Anda mungkin sudah mengetahui dari kajian akademis tentang EQ, IQ dan SQ, namun leluhur batak sudah mengimplementasikannya dalam “hadirion” kepribadian seorang pemimpin dan masyarakat. Bila ada berkeinginan memberikan lambang kebesaran itu kepada pemimpin negeri maka berilah mereka pemahaman akan pengertian lambang itu sehingga mereka tidak menjadi koruptor dan getol mempermainkan hukum. Bila itu tidak terpenuhi, maka pemberian itu merupakan kesalahan prosedur dan pemahaman makna dan nilai budaya batak. Itu memplesetkan lambang kebesaran batak itu. Bila ada berkeinginan menjual pusaka seperti ini yang dulunya lambang kebesaran leluhur penegak keadilan dan peradaban, mungkin dia menilai leluhurnya itu orang sesat. Dia menganggap pisau itu magis, menggorok orang, diberi sesajen darah manusia. Maka saya katakan justru anggapan itulah yang sesat. Mereka mungkin dipengaruhi virus pikiran dari orang yang tidak ingin kebesaran peradaban batak muncul ke permukaan. Atau mungkin terpengaruh strategi para pedagang barang antik sehingga dengan mudah dapat mendapatkan barang pusaka kebesaran pribadi pemimpin batak itu. Tautan ; Pemimpin Batak SANGKAMADEHA Pesona Boru Batak MENYIBAK TABIR MENAMPAK ISI Diterbitkan oleh tanobatak Selamat datang di situs tanobatak. Situs ini dibuat untuk menjadi wadah bagi semua orang yang peduli dan perhatian terhadap budaya dan tanah batak Lihat semua pos dari tanobatak Telah Terbit Juli 28, 2008Oktober 21, 2008

piso gaja dompak sisingamangaraja